Senin, 09 Desember 2013

PENGARUH HINDUISME DALAM MITOS ASAL-USUL KERAJAAN TAMPUNGANG LAWO (DAN BUDAYA MOYANG SATAS SEBELUM PARUH KEDUA ABAD KE-16)

Oleh: Sovian Lawendatu
 
Mitos terjadinya Kerajaan Tampungang Lawo, dengan Raja dan Permaisuri Ghumansa Langi (Medellu) dan Onda Asa (Mekilla) tampaknya dipengaruhi oleh Hinduisme, khususnya menyangkut Wiracarita RAMA & SHITA. Konon Ghumansa Langi adalah Putera Mahkota Kerajaan COTABATU di Mindanao Selatan, yang dibuang ke hutan sebelum akhirnya (atas kehendak DUATA) menjadi Raja di Salurang/Moade yang kelak dinamai Tampungang Lawo. Pembuangan Ghumansa Langi itu konon atas permintaan permaisuri muda Raja Cota Batu (ayah Ghumansa Langi) yang menghendaki agar yang menjadi ahliwaris kerajaan bukan Ghumansa Langi melainkan putera dari permaisuri muda itu. Di situlah terlihat kesejajaran alur (plot) cerita/mitos asal-usul Kerajaan Tampungang Lawo dengan wiracarita Rama & Shita (terkenal dengan RAMAYANA). 

Pengaruh Hinduisme ini kiranya jelas juga dengan kehadiran tokoh dewa DUATA/RUATA. Brilman memang mencatat bahwa sebelum paruh kedua abad ke-16, penduduk kepulauan Sangihe dan Talaud menganut kepercayaan dewa-dewa di samping praanimisme (kepercayaan mana), animisme, dan penyembahan orang mati. Dalam hal ini, salah satu dewa yang dipercaya oleh penduduk kepulauan Sangihe dan Talaud adalah DUATA, yang menurut Brilman berasal dari kata/nama DEWATA. 

Pengaruh Hinduisme itu saya kira dapat dilacak melalui faktor Kerajaan MAJAPAHIT sebagai Kerajaan Hindu-Jawa yang tergolong KERAJAAN NUSANTARA II. Bukankah Sangihe dan Talaud termasuk dalam wilayah Kekuasaan Majapahit? Ada lagi unsur-unsur budaya Hinduisme (Hindu-Jawa) yang memperlihatkan kepengaruhannya atas budaya/agama atau mungkin lebih luas lagi PANDANGAN DUNIA (LEBENSWELT) Penduduk Sangihe dan Talaud pada masa itu, yaitu alat musik NANAUNGAN (yang mirip gamelan), TAGHONGONG. Bahkan dapat diduga bahwa Upacara ADAT TULUDE (MEMOTONG TAMO), yang konon bermula pada masa Perkawinan MAKAAMPO WAWENGEHE, merupakan pengaruh tradisi ritual MEMOTONG TUMPENG di Jawa, sementara tradisi MENAHULENDING BANUA agaknya dapat dilacak sumbernya pada Ritus MERUWAT di dunia budaya Jawa (Hindu-Jawa). 

Lebih jauh, untuk menelisik adanya pengaruh Hinduisme (Agama/Budaya/Pandangan dunia Hinduisme atau Hindu Jawa atas budaya Sangihe dan Talaud pada masa itu kiranya dapat memanfaatkan SASALAMATE (juga SASAMBO, KAKUMBAEDE, KAKALANTO). Khusus menyangkut SASALAMATE, saya sudah coba menelusurinya melalui Perspektif SOSIOLOGI SASTRA/SENI FENOMENOLOGIS, seperti yang pernah saya posting di grup ini. Sebab memanglah (bagi saya), SASALAMATE dari segi isinya termasuk MITOS AETOLOGIS, yakni mitos yang mengandung larangan, perintah dan adat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar