Oleh: Sovian Lawendatu
Mitos terjadinya Kerajaan Tampungang Lawo, dengan Raja dan Permaisuri
Ghumansa Langi (Medellu) dan Onda Asa (Mekilla) tampaknya dipengaruhi
oleh Hinduisme, khususnya menyangkut Wiracarita RAMA & SHITA. Konon
Ghumansa Langi adalah Putera Mahkota Kerajaan COTABATU di Mindanao
Selatan, yang dibuang ke hutan sebelum akhirnya (atas kehendak DUATA)
menjadi Raja di Salurang/Moade yang kelak dinamai Tampungang Lawo.
Pembuangan Ghumansa Langi itu konon atas permintaan permaisuri muda Raja
Cota Batu (ayah Ghumansa Langi) yang menghendaki agar yang menjadi
ahliwaris kerajaan bukan Ghumansa Langi melainkan putera dari permaisuri
muda itu. Di situlah terlihat kesejajaran alur (plot)
cerita/mitos asal-usul Kerajaan Tampungang Lawo dengan wiracarita Rama
& Shita (terkenal dengan RAMAYANA).
Pengaruh Hinduisme ini kiranya jelas juga dengan kehadiran tokoh dewa DUATA/RUATA. Brilman memang mencatat bahwa sebelum paruh kedua abad ke-16, penduduk kepulauan Sangihe dan Talaud menganut kepercayaan dewa-dewa di samping praanimisme (kepercayaan mana), animisme, dan penyembahan orang mati. Dalam hal ini, salah satu dewa yang dipercaya oleh penduduk kepulauan Sangihe dan Talaud adalah DUATA, yang menurut Brilman berasal dari kata/nama DEWATA.
Pengaruh Hinduisme itu saya kira dapat dilacak melalui faktor Kerajaan
MAJAPAHIT sebagai Kerajaan Hindu-Jawa yang tergolong KERAJAAN NUSANTARA
II. Bukankah Sangihe dan Talaud termasuk dalam wilayah Kekuasaan
Majapahit? Ada lagi unsur-unsur budaya Hinduisme (Hindu-Jawa) yang
memperlihatkan kepengaruhannya atas budaya/agama atau mungkin lebih luas
lagi PANDANGAN DUNIA (LEBENSWELT) Penduduk Sangihe dan Talaud pada masa
itu, yaitu alat musik NANAUNGAN (yang mirip gamelan), TAGHONGONG.
Bahkan dapat diduga bahwa Upacara ADAT TULUDE (MEMOTONG TAMO), yang
konon bermula pada masa Perkawinan MAKAAMPO WAWENGEHE, merupakan
pengaruh tradisi ritual MEMOTONG TUMPENG di Jawa, sementara tradisi
MENAHULENDING BANUA agaknya dapat dilacak sumbernya pada Ritus MERUWAT
di dunia budaya Jawa (Hindu-Jawa).
Lebih jauh, untuk menelisik adanya
pengaruh Hinduisme (Agama/Budaya/Pandangan dunia Hinduisme atau Hindu
Jawa atas budaya Sangihe dan Talaud pada masa itu kiranya dapat
memanfaatkan SASALAMATE (juga SASAMBO, KAKUMBAEDE, KAKALANTO). Khusus
menyangkut SASALAMATE, saya sudah coba menelusurinya melalui Perspektif
SOSIOLOGI SASTRA/SENI FENOMENOLOGIS, seperti yang pernah saya posting di
grup ini. Sebab memanglah (bagi saya), SASALAMATE dari segi isinya
termasuk MITOS AETOLOGIS, yakni mitos yang mengandung larangan,
perintah dan adat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar