Sabtu, 06 Februari 2010

TOLOL STRUKTURAL


Sebuah peribahasa Manado mengatakan: "so biongo, belbak lei". Yap Tambayong (2009) mengartikan maksudnya sebagai ketololan struktural. Apa yang dimaksud Yap dengan Ketololan Struktural itu...???
Tentu kata 'tolol' adalah perbuatan yang bodoh terjadi berulang-ulang atau kesalahan yang bersifat ajek. Keajekannya itu bisa beraturan, bisa juga tidak. Kata struktural sendiri merujuk pada pengertian susunan atau keteraturan atau organisasi.

Sebelum lanjut, saya pikir penting sekali kita memahami makna kalimat ini dengan seksama agar tidak salah menempatkannya dalam topik-topik diskusi, seminar dan kegiatan ilmiah lainnya sejenis. Maka untuk memahaminya dengan mudah, ikuti kisah berikut ini:

Momentum Natalan 2009 lalu, Udin tetanggaku turut meramaikan malam natal sejak semalam kemarin sampe malam berikutnya dengan cara keliru. Dia mabuk sepanjang 2 malam lantaran penatua tak sempat nongol pelesiran ke rumahnya, padahal hampir tiap malam penatua bermain catur dengan Udin. Subuh itu pukul 5, ketika lonceng ibadah natal subuh mendentam, semua tetangga bangun bukan karena dentuman lonceng, tapi karena kaget dengan "bakuku". Udin mengganti peranan ayam jantan. Maklum Udin berniat memperdengarkan kejantanannya..?? kata Papa Julio tetanggaku juga.

Lantas Udin pergi membeli petasan segitiga semacam mercon dengan hulu ledak yg cukup besar, di sebuah warung terdekat. Turut pula dibelikannya sebatang rokok. Sebenarnya Udin bukan perokok profesional. Sesaat kemudian masih sekitar lima meter dari pintu warung, Udin memantik rokoknya, diikuti dengan menyalakan petasan segitiga. Dalam waktu segera, rokok dilempar ke tanah dan petasan dihisap bak menghisap rokok. Walahualam, dalam hitungan detik mulut Udin dipenuhi asap, teriakkannya lebih kuat dari bunyi ledakan segitiga, memekak telinga pendengar berita pagi di saluran radio RRI. Semua yg tidur pulas pagi itu sontak kaget dan bergerak ke arah ledakan maut itu. Yang ditemukan disana hanyalah derita Udin. Semua orang yang penasaran jadi berempati atas nasib sial yang dialaminya.

Hanya satu orang yang nampak melompat kegirangan atas peristiwa naas itu. Siapa dia? Orang terdekat Udin; Isterinya. Mia isteri Udin yang dikenal setia selama menjadi pendamping hidup Udin itu, melompat kegirangan sambil berkata: "syukur, syukur, syukur, bersyukur kita....." Kata "syukur" itu berkali-kali meletup dari mulut Mia. Beberapa orang sempat berbisik-bisik dan bedecak heran: "so gila barangkali si isteri Udin"....Kenapa dia bersyukur sementara suaminya merintih kesakitan karena seluruh giginya menjadi abu.

Tanpa sengaja tangan kiriku menyambar jidat perempuan yang tengah bersyukur itu sehingga membuat dia seperti terbangun dari mimpi buruk dan menyadari keadaan sambil meminta maaf.
Maaf pak, saya bersyukur atas peristiwa ini karena ada yang memang harus aku syukuri.
Apa itu Mia? tanyaku.
Sambil berbisik Mia mendekat
ke samping telingaku dan berkata: Selama ini pak, Udin itu....
sebelum melakukan hubungan intim suami isteri
dia lebih dahulu melumat telinga kananku
hingga aku kesakitan
karena gigitan tajam gigi serinya
membuat telinga kanan ini semakin hari kian mengecil.

Astagaaaaa Mia, kataku spontan.
Kenapa begitu....??? tanyaku penasaran.
Nda tahu juga pak, makanya saya bersyukur, berulang kali sejak tadi, tambah Mia lebih meyakinkan aku.
seakan-akan Mia tak mau peduli.
Kataku: Sudah kau tegur dia...???
Berkali-kali pak, bahkan sudah aku ancam cerai...Tapi dia tak mau berubah,.... jelas Mia.

Mia segra kau urus suamimu dan bawa ke Puskesmas terdekat, kataku memotong penjelasan Mia.
Dan Mia pun menurut karena memang dia mencintai suaminya dengan segenap hati.

Nah,
Yang saya pahami makna kata "ketololan struktural" adalah seperti yang dilakukan Udin terhadap Penatua dan Isterinya. Yang membuahkan petaka dari perbuatan bodohnya sendiri. Implikasi akhirnya adalah kualat. Demikian melekat kebodohan itu dalam diri seseorang, tidak pernah memikirkan kepentingan orang lain dan selalu mengikuti kehendak diri (ego) secara berlebihan kemudian tanpa sadar akhirnya menggiring pada tingkalaku dominan dan tidak pernah memahami bahwa dia telah melakukan serangkaian kebodohan yang telah melekat lama dalam dirinya.

Semoga pada tahun 2010 ini.....kita segera menghentikan semua upaya
yang akumulatif dan berimplikasi pada terbentuknya perilaku "tolol struktural".
Lebih berbahaya lagi jika ketololan yang struktural itu kemudian menjadi fungsional dan terus menerus dipertahankan dalam kehidupan manusia. Akibatnya pastilah fatal.

Udin...udin...nasibmu kini......
Tabahlah melewati 2010 ini
Nanti juga akan terbiasa
hidup tanpa gigi.
Bukankah....
Lebih baik sakit gigi
daripada sakit hati...???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar